Dongeng Jaka Tarub dari Majalengka
Di sebuah desa yang asri di Majalengka, Jawa Barat, hiduplah seorang pemuda tampan bernama Jaka Tarub. Ia dikenal sebagai pemuda yang gagah berani, ramah, dan gemar berburu di hutan.
Suatu hari, ketika Jaka Tarub sedang berburu di hutan yang lebat, ia mendengar suara gemericik air dan tawa riang. Penasaran, ia mengikuti suara itu hingga tiba di sebuah telaga yang airnya jernih berkilauan.
Alangkah terkejutnya Jaka Tarub, di telaga itu ia melihat tujuh bidadari cantik jelita sedang mandi dan bercanda riang. Mereka adalah para bidadari dari kahyangan yang turun ke bumi untuk menikmati kesegaran air telaga.
Jaka Tarub terpana melihat kecantikan para bidadari itu. Ia bersembunyi di balik semak-semak dan mengamati mereka dengan seksama. Tiba-tiba, terlintas di benaknya sebuah ide jahil.
Dengan hati-hati, Jaka Tarub mendekati tempat para bidadari meletakkan selendang mereka. Ia mengambil salah satu selendang itu, lalu menyembunyikannya.
Setelah puas bermain air, para bidadari itu bersiap untuk kembali ke kahyangan. Mereka mencari selendang masing-masing, tetapi salah seorang bidadari tidak menemukan selendangnya. Ia panik dan kebingungan.
Siapa yang berani mengambil selendangku? tanya bidadari itu dengan nada cemas.
Jaka Tarub keluar dari persembunyiannya dan menghampiri para bidadari itu. Ia berpura-pura tidak tahu apa-apa.
Maaf, wahai para bidadari. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Mungkin selendang itu terbawa angin, kata Jaka Tarub dengan nada polos.
Para bidadari itu sedih dan bingung. Tanpa selendang, mereka tidak bisa kembali ke kahyangan. Akhirnya, enam bidadari lainnya terbang kembali ke kahyangan, meninggalkan seorang bidadari yang kehilangan selendangnya.
Jaka Tarub mendekati bidadari yang bersedih itu. Ia menawarkan bantuan dan perlindungan.
Jangan khawatir, wahai bidadari. Aku akan membantumu. Kau bisa tinggal di rumahku sampai kau menemukan selendangmu, kata Jaka Tarub dengan ramah.
Bidadari itu, yang bernama Nawang Wulan, menerima tawaran Jaka Tarub dengan senang hati. Ia ikut Jaka Tarub pulang ke rumahnya.
Hari-hari berlalu, Jaka Tarub dan Nawang Wulan semakin dekat. Mereka saling jatuh cinta dan akhirnya memutuskan untuk menikah. Mereka hidup bahagia dan dikaruniai seorang putri cantik bernama Nawangsih.
Nawang Wulan adalah bidadari yang sangat pandai memasak. Ia selalu memasak makanan yang lezat untuk Jaka Tarub dan Nawangsih. Namun, ada satu hal yang menjadi pantangan bagi Jaka Tarub. Nawang Wulan tidak pernah memperbolehkan Jaka Tarub membuka periuk nasi saat ia sedang memasak.
Suatu hari, Jaka Tarub merasa sangat penasaran. Ia ingin tahu apa rahasia Nawang Wulan sehingga masakannya selalu lezat. Saat Nawang Wulan sedang pergi ke sungai, Jaka Tarub diam-diam membuka periuk nasi itu.
Alangkah terkejutnya Jaka Tarub, di dalam periuk nasi itu hanya ada sebutir beras. Ia tidak mengerti bagaimana sebutir beras bisa menghasilkan nasi yang begitu banyak.
Sejak saat itu, kesaktian Nawang Wulan hilang. Ia tidak bisa lagi memasak nasi hanya dengan sebutir beras. Ia harus memasak nasi seperti wanita biasa.
Karena harus memasak nasi dengan cara biasa, persediaan beras di rumah Jaka Tarub semakin menipis. Nawang Wulan terpaksa mencari selendangnya yang hilang untuk ditukar dengan beras.
Saat sedang mencari selendangnya, Nawang Wulan menemukan selendangnya tersembunyi di dalam lumbung padi. Ia sangat marah dan kecewa kepada Jaka Tarub.
Kau telah berbohong padaku! Kau sengaja menyembunyikan selendangku agar aku tidak bisa kembali ke kahyangan! teriak Nawang Wulan dengan nada marah.
Jaka Tarub menyesal atas perbuatannya. Ia memohon maaf kepada Nawang Wulan.
Maafkan aku, Nawang Wulan. Aku melakukan ini karena aku sangat mencintaimu. Aku tidak ingin kau meninggalkanku, kata Jaka Tarub dengan nada sedih.
Namun, Nawang Wulan tidak bisa memaafkan Jaka Tarub. Ia memutuskan untuk kembali ke kahyangan. Sebelum pergi, ia berpesan kepada Jaka Tarub agar selalu menjaga Nawangsih dengan baik.
Jika kau ingin memanggilku, letakkan Nawangsih di atas lesung dan pukul lesung itu, kata Nawang Wulan.
Setelah mengucapkan pesan itu, Nawang Wulan memakai selendangnya dan terbang kembali ke kahyangan.
Jaka Tarub sangat sedih dan menyesal atas kepergian Nawang Wulan. Ia berjanji akan menjaga Nawangsih dengan baik dan tidak akan pernah mengulangi kesalahannya lagi.
Sejak saat itu, Jaka Tarub hidup sendiri bersama Nawangsih. Ia membesarkan Nawangsih dengan penuh kasih sayang. Setiap kali ia merindukan Nawang Wulan, ia meletakkan Nawangsih di atas lesung dan memukul lesung itu. Nawang Wulan akan turun dari kahyangan untuk menemui Nawangsih.
Kisah Jaka Tarub dan Nawang Wulan menjadi legenda yang terkenal di Majalengka. Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya kejujuran, kepercayaan, dan cinta sejati.
Pesan Moral: Jangan pernah berbohong kepada orang yang kita cintai. Kejujuran adalah kunci utama dalam sebuah hubungan.
Kisah ini juga mengingatkan kita untuk selalu menjaga amanah dan tidak menyalahgunakan kepercayaan yang telah diberikan.
Tokoh-tokoh dalam cerita:
Tokoh | Peran |
---|---|
Jaka Tarub | Pemuda tampan yang berburu di hutan dan menikahi bidadari. |
Nawang Wulan | Bidadari cantik yang kehilangan selendangnya dan menikah dengan Jaka Tarub. |
Nawangsih | Putri Jaka Tarub dan Nawang Wulan. |
Semoga dongeng ini bermanfaat dan menghibur!
✦ Ask AI