• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Musik dan Jiwa: Angklung sebagai Jembatan Persatuan Warga Jawa Barat

img

Di tanah Pasundan yang subur, alunan musik bukan sekadar hiburan, melainkan denyut nadi kehidupan masyarakatnya. Di antara ragam kesenian yang ada, Angklung berdiri tegak sebagai sebuah mahakarya. Lebih dari sekadar alat musik yang terbuat dari bambu, Angklung adalah representasi jiwa, filosofi, dan semangat kebersamaan warga Jawa Barat. Getaran suaranya yang khas seolah meresonansi dengan semangat persatuan yang telah mengakar kuat dari generasi ke generasi.

Keunikan Angklung tidak terletak pada kerumitan bentuknya, melainkan pada cara memainkannya. Satu buah angklung hanya mampu menghasilkan satu nada tunggal. Untuk merangkai sebuah melodi yang indah dan harmonis, dibutuhkan puluhan, bahkan ratusan pemain yang bekerja sama. Tidak ada satu orang pun yang bisa menjadi bintang utama. Setiap individu, dengan nada yang dipegangnya, memiliki peran yang sama pentingnya. Inilah esensi pertama dari Angklung sebagai jembatan persatuan: ia mengajarkan bahwa keindahan sejati lahir dari kolaborasi, bukan dari ego individu.

Filosofi ini meresap begitu dalam ke dalam karakter masyarakat Sunda. Konsep gotong royong atau kerja sama bukanlah sekadar teori, melainkan praktik yang hidup dalam permainan Angklung. Saat memainkannya, setiap orang harus peka, saling mendengarkan, dan menyelaraskan getaran bambunya dengan yang lain. Jika ada satu saja yang bermain terlalu cepat atau terlambat, harmoni yang telah dirajut bersama akan buyar. Pelajaran ini sangat relevan dalam kehidupan bermasyarakat, di mana toleransi, saling menghargai, dan kemampuan untuk bekerja dalam satu tim menjadi kunci utama untuk mencapai tujuan bersama.

Secara fundamental, Angklung adalah guru tanpa kata. Ia mengajarkan nilai-nilai luhur yang menjadi fondasi kehidupan sosial di Jawa Barat. Mari kita bedah lebih dalam filosofi yang terkandung di dalamnya:

Aspek Permainan Angklung Makna Filosofis dalam Kehidupan
Satu Instrumen, Satu Nada Setiap individu memiliki peran dan keunikan tersendiri yang tak tergantikan dalam masyarakat. Tidak ada yang lebih superior atau inferior.
Membutuhkan Kerjasama Tim Tujuan besar dan keharmonisan sosial hanya bisa dicapai melalui kerja sama, sinergi, dan semangat gotong royong.
Menyelaraskan Tempo dan Nada Pentingnya sikap toleransi, saling mendengarkan pendapat orang lain, dan menjaga kepekaan sosial untuk menciptakan kehidupan yang damai.
Dipimpin oleh Seorang Konduktor Dalam sebuah komunitas, diperlukan kepemimpinan yang bijaksana untuk mengarahkan dan menyatukan berbagai potensi yang ada.

Sejarah mencatat, Angklung pada awalnya merupakan bagian dari ritual agraris untuk menghormati Dewi Sri, dewi padi dan kesuburan. Suaranya dipercaya dapat mengundang berkah dan hasil panen yang melimpah. Seiring berjalannya waktu, fungsi Angklung berevolusi. Dari instrumen ritual, ia bertransformasi menjadi sarana hiburan, media dakwah, hingga alat perjuangan untuk membangkitkan semangat nasionalisme. Kini, musik Angklung telah menjadi duta budaya Jawa Barat yang mendunia.

Pengakuan dunia internasional datang pada tahun 2010, ketika UNESCO secara resmi menetapkan Angklung sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity. Pengakuan ini bukan hanya sebuah kebanggaan, tetapi juga sebuah pengingat akan tanggung jawab besar untuk melestarikannya. Sanggar-sanggar seni di berbagai penjuru Jawa Barat, seperti yang dipelopori oleh maestro legendaris, terus berupaya menjaga api Angklung tetap menyala. Mereka tidak hanya mengajarkan teknik bermain, tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya kepada generasi muda.

Bagi warga Jawa Barat, Angklung adalah cerminan dari falsafah hidup silih asah, silih asih, silih asuh, yang berarti saling menajamkan ilmu, saling mengasihi, dan saling menjaga. Falsafah ini terwujud sempurna dalam sebuah pertunjukan Angklung. Para pemain saling berbagi pengetahuan (silih asah), bermain dengan hati dan rasa cinta untuk menciptakan keindahan (silih asih), serta saling menjaga ritme dan harmoni agar tidak ada yang tertinggal (silih asuh).

Pada akhirnya, Angklung membuktikan bahwa musik memiliki kekuatan luar biasa untuk melampaui batas-batas perbedaan. Ia adalah jembatan persatuan yang kokoh, merajut setiap individu menjadi satu kesatuan yang harmonis. Getaran bambunya adalah suara jiwa kolektif masyarakat Jawa Barat—sebuah suara yang menyerukan perdamaian, kerja sama, dan keindahan hidup bersama. Melestarikan Angklung berarti merawat jiwa persatuan itu sendiri, memastikan bahwa melodinya akan terus bergema, menyatukan hati, dari tanah Pasundan untuk seluruh dunia.

© Copyright 2024 - JabarNews | Portal Berita Terkini Jawa Barat dan Nasional
Added Successfully

Type above and press Enter to search.