Pelestarian Bahasa Sunda: Menjaga Identitas, Memupuk Kebanggaan
Di tengah hiruk pikuk modernisasi dan derasnya arus globalisasi, ada sebuah warisan tak ternilai yang perlahan mulai tergerus: Bahasa Sunda. Lebih dari sekadar alat komunikasi, Basa Sunda adalah denyut nadi kebudayaan, cerminan identitas, dan gudang kearifan lokal masyarakat Pasundan. Melestarikannya bukan hanya soal mempertahankan kata-kata, tetapi juga menjaga jiwa dan kebanggaan sebagai Urang Sunda.
Bahasa sejatinya adalah jendela untuk memahami cara berpikir suatu masyarakat. Dalam Bahasa Sunda, terkandung nilai-nilai luhur yang mungkin tidak dapat diterjemahkan secara sempurna ke dalam bahasa lain. Ambil contoh konsep silih asah, silih asih, silih asuh, yang mengajarkan kita untuk saling menajamkan pikiran, saling mengasihi, dan saling menjaga. Konsep ini tertanam kuat dalam interaksi sehari-hari. Begitu pula dengan adanya undak-usuk basa, sebuah sistem tata krama berbahasa yang menunjukkan rasa hormat kepada lawan bicara. Kehilangan bahasa berarti kehilangan nuansa-nuansa berharga ini, mengubah interaksi sosial menjadi lebih datar dan kurang berakar.
Sayangnya, tantangan yang dihadapi Bahasa Sunda di era digital ini tidaklah sedikit. Banyak generasi muda, terutama di perkotaan, yang merasa lebih nyaman atau bahkan lebih keren menggunakan Bahasa Indonesia atau campuran Bahasa Inggris. Ada anggapan keliru bahwa Bahasa Sunda terdengar kampungan atau ketinggalan zaman. Di lingkungan keluarga pun, tidak sedikit orang tua yang sengaja membiasakan anak-anaknya berbahasa Indonesia sejak dini dengan dalih agar lebih mudah bersaing di tingkat nasional, tanpa sadar telah memutus satu mata rantai penting dalam pewarisan budaya.
Namun, di tengah kekhawatiran tersebut, secercah harapan mulai bersinar. Upaya untuk memupuk kembali kebanggaan terhadap Bahasa Sunda kini semakin gencar dilakukan melalui berbagai medium kreatif. Musik-musik pop Sunda modern, konten-konten jenaka di platform seperti TikTok dan YouTube, hingga film dan serial yang menggunakan dialog Sunda secara penuh, membuktikan bahwa bahasa daerah ini sangat relevan dan bisa beradaptasi dengan zaman. Inisiatif-inisiatif ini secara efektif meruntuhkan stigma bahwa Bahasa Sunda itu kuno. Sebaliknya, ia ditampilkan sebagai bahasa yang hidup, dinamis, dan penuh ekspresi.
Pelestarian Bahasa Sunda adalah sebuah gerakan kolektif, sebuah pancén urang saréréa (tugas kita semua). Upaya ini harus dimulai dari lingkup terkecil hingga tataran kebijakan yang lebih luas. Berikut adalah beberapa langkah nyata yang bisa kita lakukan bersama:
Lingkup Aksi | Contoh Implementasi |
---|---|
Keluarga (Lingkungan Terdekat) | Membiasakan percakapan sehari-hari menggunakan Bahasa Sunda. Membacakan dongeng atau carita pondok Sunda kepada anak-anak sebelum tidur. |
Komunitas dan Masyarakat | Mengadakan acara budaya, pasanggiri (lomba) pidato atau menulis aksara Sunda, serta mendukung seniman lokal yang berkarya menggunakan Bahasa Sunda. |
Pendidikan Formal | Memperkuat kurikulum mata pelajaran muatan lokal Bahasa Sunda. Membuat metode pengajaran yang lebih interaktif dan menyenangkan bagi siswa. |
Dunia Digital | Membuat dan menyebarkan konten positif berbahasa Sunda. Mengembangkan aplikasi kamus digital, game edukasi, atau platform belajar online. |
Pada akhirnya, menjaga kelestarian Bahasa Sunda adalah investasi untuk masa depan. Ini adalah cara kita memastikan bahwa generasi mendatang tidak hanya mengenal nama Sunda, tetapi juga memahami filosofi, merasakan kehangatan, dan membawa kebanggaan dari warisan leluhurnya. Menggunakan Bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari bukanlah sebuah kemunduran, melainkan sebuah pernyataan sikap: kami bangga dengan identitas kami, dan kami siap membawanya ke panggung dunia. Mari kita jadikan Bahasa Sunda sebagai tuan rumah di tanahnya sendiri, bahasa yang terus hidup dan menginspirasi.
✦ Ask AI