• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Warga Larangan Kompak Masak Bubur Sura: Tradisi Unik Sambut 1 Sura yang Bikin Penasaran!

img
```html

Menyambut datangnya tahun baru Jawa, tradisi unik dan sarat makna kembali digelar di wilayah Cirebon dan Indramayu. Berbeda dengan penanggalan Hijriyah yang kita kenal, masyarakat setempat memiliki perhitungan kalender Jawa yang khas, khususnya dalam menyambut bulan Sura. Bapak Tarjaya, seorang sesepuh dari Desa Larangan, menjelaskan bahwa penanggalan Jawa menggunakan sistem per Windu, yang menentukan nama dan perhitungan tahun.

Tradisi pembuatan bubur Sura menjadi momen penting yang dinanti-nantikan. Bukan hanya sekadar acara memasak, kegiatan ini adalah wujud nyata dari semangat gotong royong dan kebersamaan warga. Bapak-bapak dan ibu-ibu, tua dan muda, bahu-membahu mempersiapkan hidangan istimewa ini. Suasana keakraban begitu terasa, mempererat tali silaturahmi antar warga.

Tahun ini, bulan Sura dikenal dengan nama Daltumis, yang jatuh pada hari Sabtu Manis/Legi. Perbedaan satu hari dengan penanggalan Hijriyah, di mana 1 Muharam jatuh pada Jumat Kliwon, menjadi ciri khas tersendiri. Perbedaan ini menunjukkan kekayaan budaya dan kearifan lokal yang terus dilestarikan.

Dalam kalender Jawa, terdapat delapan nama berbeda untuk setiap tahunnya, yang disesuaikan dengan perhitungan Windu. Setiap tanggal 1 Sura, hari dan pasaran Pancawara selalu sama. Hal ini memberikan struktur yang unik dan mudah diingat dalam penanggalan Jawa.

Setelah tahun Aboge, tahun kedua dikenal sebagai Hekadpon (tahun He, hari Ahad/Minggu, pasaran Pon). Bapak Tarjaya menjelaskan bahwa penamaan ini sangat penting untuk di pahami. Namanya Daltumis (tahun Dal, Sabtu manis) lihat aja di kalender, hari sabtu pasti pasarannya legi, ujarnya. Penjelasan ini memberikan gambaran jelas tentang bagaimana penanggalan Jawa bekerja.

Selanjutnya, tahun ketiga dikenal sebagai Bemismis (tahun Ba, hari Kamis, pasaran Manis/Legi). Penamaan ini juga memiliki makna mendalam, yang merupakan perpaduan antara huruf Hijaiyah dari Arab dan nama hari dari Jawa. Hal ini mencerminkan akulturasi budaya yang kaya di wilayah Cirebon dan Indramayu.

Pembuatan bubur Sura bukan hanya sekadar tradisi kuliner, tetapi juga menjadi sarana untuk mempererat hubungan sosial. Warga berkumpul, berbagi cerita, dan saling membantu. Momen ini menjadi pengingat akan pentingnya kebersamaan dan gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.

Berikut adalah contoh penamaan tahun dalam kalender Jawa:

Tahun Nama Tahun Hari Pasaran
1 Aboge - -
2 Hekadpon Ahad/Minggu Pon
3 Bemismis Kamis Manis/Legi
... ... ... ...

Tradisi ini adalah warisan budaya yang tak ternilai harganya. Melalui perayaan seperti bubur Sura, masyarakat Cirebon dan Indramayu terus menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Semangat kebersamaan dan kearifan lokal menjadi kekuatan utama dalam menjaga identitas budaya mereka.

Dengan memahami dan menghargai tradisi ini, kita turut berkontribusi dalam melestarikan kekayaan budaya Indonesia. Mari kita dukung upaya pelestarian budaya lokal agar tetap lestari dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

```
© Copyright 2024 - JabarNews | Portal Berita Terkini Jawa Barat dan Nasional
Added Successfully

Type above and press Enter to search.